Sayangi Ginjal Kamu

Ketika saya pergi ke Singapura bulan Januari lalu bersama Reader’s Digest dan Happybloggers, saya mendapat kesempatan untuk memeriksakan kesehatan ginjal saya dengan seorang nephrologist, atau istilah lainnya dokter spesialis ginjal. Check up ini saya lakukan di Gleneagles Hospital (GEH), tepatnya di Medical Centre, bagian dari GEH yang memuat kurang lebih 200 klinik spesialis. Sementara HappyBloggers lainnya, mendapat kesempatan untuk diperiksa oleh spesialis bidang yang berbeda; Mbak Haya di klinik Obstetri dan Ginekologi, dan Mbak Dessy di klinik Jantung.

Medical Centre ini adalah bagian ‘gedung lama’ dari GEH, berupa bangunan dengan 10 lantai, dan di lantai-lantai tertentu ada connecting door dengan rumah sakit yang baru. Di tiap lantainya kurang lebih ada 20 klinik spesialis, dan tentunya lengkap banget. Untuk tiap spesialisasi bisa ada lebih dari satu klinik sih, kalau saya gak salah. Di tiap klinik itu, kalau saya lihat, dilayani oleh dua-tiga dokter spesialis. Jadi tiap klinik, meski memiliki spesialisasi yang sama, akan mempunyai nama dokter berbeda satu sama lain. 

Saya sempat menunggu di ruang tunggu klinik spesialis ginjal yang saya tuju, Roger Kidney Clinic. Tiap klinik memang punya ruang tunggu sendiri lho. Suasana ruang tunggu cukup ramai, dan saya sempat menduga-duga, apakah ada yang dari Indonesia juga ya selain saya. Ada sepasang suami istri duduk di dekat saya yang berpakaian batik, tapi karena saya gak mendengarkan obrolan mereka, saya sih cuma nebak-nebak saja, siapa tahu memang mereka dari Indonesia :) 

Di dalam Roger Kidney Clinic (foto dari website RKC)
Di dalam Roger Kidney Clinic (foto dari website RKC)

Setelah menunggu tidak begitu lama, saya lalu dipanggil masuk ke ruangan periksa. Di salah satu sisi ruangannya ada jendela yang besar tertutup vertical blinds, dan di sisi itu ada sebuah bed untuk memeriksa pasien. Di tengah ruangan ada meja konsultasi dokter dan tempat duduk untuk pasien, dan kalau diperhatikan, ada banyak piagam/sertifikat terpajang dan buku di dalam ruangan ini. Bahkan ada buku-buku juga di bawah bed pasien, hehe.

Dokter yang memeriksa saya bernama Dr. Tan Choon Hian dan ia punya nama alias Dr. Roger Tan. Dokternya ramah sekali, dan ketika di akhir pemeriksaan saya bertanya-tanya lebih lanjut, dia mau meladeni saya dengan sabar dan menjelaskan dengan lengkap. Senang nih kalau ketemu dokter seperti beliau :) 

Kalau baca tentang Dokter Roger Tan di sini, saya salut dan kagum deh dengannya. Beliau mendalami spesialisasinya banget dan melakukan berbagai riset dan juga sharing, dan sudah mendapatkan penghargaan dari International Society for Hemodialysis. Keren! Beliau juga aktif mengedukasi publik mengenai pentingnya pencegahan penyakit ginjal, dan bergabung dengan beberapa yayasan yang berkaitan dengan kesehatan ginjal. 

Untuk pemeriksaannya, saya langsung diminta ke bed, dan akan diperiksa dengan alat ultrasound scan. Teknologinya persis seperti USG yang lebih sering dikenal untuk memeriksa kehamilan, tapi alat ini memang khusus untuk memeriksa ginjal. Saya diminta untuk merebahkan diri di bed untuk pemeriksaan, dan menelungkup, bukan berbaring menghadap atas. Posisi menelungkup karena ginjal lebih mudah diperiksa dari sisi punggung kita, bukan dari depan. Supaya bisa menelungkup dengan nyaman, di bed itu ada bantal merah berbentuk hati yang bisa saya pakai untuk mengalasi kepala saya. Kenapa ya bentuknya hati? Hehehe..

Ultra Sound Scan untuk memeriksa ginjal
Ultra Sound Scan untuk memeriksa ginjal

Pemeriksaan dengan ultrasound ini rupanya berguna  untuk melihat ukuran ginjal saya, apakah  normal atau tidak, karena ginjal yang bengkak bisa jadi pertanda ada masalah pada ginjal. Ada pengukurnya juga di alat ultrasound scan tersebut (saya gak bisa lihat langsung karena sedang menelungkup) jadi ukuran ginjal saya bisa ketahuan dengan spesifik. Setelah diukur, dokter menyatakan ukuran ginjal saya normal, syukurlah!

Usai diperiksa dengan ultrasound, dokter juga memeriksa tekanan darah saya, melakukan pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop, dan bertanya tentang riwayat kesehatan saya untuk mengetahui ada tidaknya potensi penyakit ginjal pada saya. Saya sempat bercerita kalau saya punya keluhan maag dan persendian (di pergelangan tangan saya, pernah saya ceritakan di sini) tapi kondisi saya secara keseluruhan tidak berdampak banyak kepada kesehatan ginjal saya.

Untuk melengkapi pemeriksaan, saya juga melakukan test urin dan untuk mengambil sampel urin, saya lakukan sendiri di toilet yang terletak di luar klinik. Ketika saya mau kembali ke klinik.. saya baru sadar sesuatu: saya lupa mengingat-ingat posisi klinik dokter Roger tadi :))) Waduh, mana di lorong itu semua terlihat sama, dinding putih dan pintu-pintu klinik yang gak beda-beda jauh. Hahaha.. jadi saya jalan sambil pelan-pelan memperhatikan semua klinik di kanan dan kiri, mana sih yang tadi saya masuki. Ternyata tiap klinik itu punya interior yang beda-beda toh.. ada yang suasananya berkayu banget, ada yang didominasi ungu, putih, dan macam-macam deh. Tapi ya dari luar, perbedaannya tidak begitu kentara.

Benar saja, saya sempat melewati klinik dokter Roger Tan tuh :)) Bahkan ketika masuk kembali ke klinik tersebut, saya sempat ragu, ini betul gak ya tempatnya. Haha.. Untung saja saya masuk ke klinik yang benar. Setelah menyerahkan sampel urin ke petugas klinik, saya lalu kembali ke bagian rumah sakit GEH untuk menunggu hasil test urin keluar, yang katanya akan siap kurang lebih satu jam kemudian. Selama menunggu, saya ditemani dengan tim GEH yaitu Christabel dan Ming Fen, dan saya sempat menikmati makanan ringan yang sudah disiapkan tim GEH.

Konsultasi tentang Kesehatan Ginjal

Setelah menerima kabar kalau hasil test urin saya sudah siap, saya kembali menuju klinik dokter Roger Tan ditemani dengan Ming Fen dari GEH. Kali ini tanpa menunggu di ruang tunggu, saya langsung ke ruang periksa dan melakukan konsultasi hasil test saya. Tidak ada proses pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan, tapi ada beberapa pertanyaan tambahan yang ditanyakan oleh Dokter Roger Tan. Misalnya saja, apakah pernah merasakan sakit di punggung belakang saya, apakah saya mengalami kerontokan rambut hebat dan ciri-ciri penyakit ginjal lainnya.

Dokter Roger Tan di ruang periksanya
Dokter Roger Tan di ruang periksanya

Dokter Tan juga sempat mengingatkan, kalau sakit di punggung bawah itu, tidak selalu terhubung dengan ginjal yah, karena posisi ginjal sebenarnya sedikit lebih tinggi dari pada garis pinggang. Jadi kalau pernah mengalami sakit di punggung bawah banget, dekat pantat, bisa jadi kemungkinan lainnya adalah orang tersebut memang mengalami sakit dari tulang, dan bukannya dari ginjal.

Untuk kerontokan rambut juga sempat dibahas oleh dokter, biasanya pasien perempuan kalau ditanya soal rontok rambut, pasti akan mengeluhkan iya rambutnya rontok. Nah kalau rontok dan masih dirasa normal itu tidak apa-apa, rambut memang wajar mengalami sedikit rontok kok. Yang perlu diantisipasi adalah kalau rambut rontok dengan level kerontokan yang sudah ekstrim, sangat parah. Nah kalau mengalami ini, perlu dicek lebih lanjut apakah kondisi ginjal juga terlibat.

Yang jelas, gaya hidup sangat mempengaruhi kondisi ginjal kita juga, karena kan fungsi ginjal adalah sebagai penyaring, atau sebagai filter tubuh kita untuk berbagai ‘sampah’ yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh. Misalnya saja, urin kita. Beberapa kebiasaan yang berpengaruh lagi untuk kesehatan ginjal adalah: kurang minum air putih, kebiasaan merokok, sering minum-minuman keras, pola makan dan kadar gula dalam darah, pola aktivititas.

Selain kebiasaan itu semua, yang akan berpengaruh juga adalah apakah seseorang sedang dalam pengobatan, dan obat-obat apa yang dikonsumsinya dengan berkepanjangan. Soalnya, obat itu sebenarnya adalah bahan kimia, dan setelah kita konsumsi dan beredar dalam tubuh, ujung-ujungnya sisa bahan kimia tersebut tetap akan masuk ke dalam ginjal untuk disaring sebelum akhirnya dikeluarkan tubuh. Makanya, minum air putih yang banyak setiap harinya, bisa membantu menjaga kesehatan ginjal, karena pekerjaan ginjal akan menjadi ‘lebih ringan’.

Syukurnya semua hasil test urin saya lulus dengan kondisi baik-baik saja. Salah satu hal yang menjadi indikator kesehatan ginjal adalah kadar kreatinine di dalam darah saya, dan ini juga normal. Nah saya lalu mengobrol dan tanya-tanya dengan dokter Roger Tan tentang kesehatan ginjal lebih jauh: Kapan sih seseorang yang punya sakit ginjal disarankan melakukan transplantasi ginjal?

Tentang Transplantasi Ginjal

Dengan kondisi dunia medis yang sudah maju seperti sekarang ini, memang sudah cukup sering dilakukan transplantasi ginjal dari donor yang masih hidup (Living Donor Kidney Transplant/LKDT). Nah tapi keputusan untuk melakukan transplantasi ginjal atau tidak, pertimbangannya cukup banyak.

Pertama-tama dokter Roger kembali membahas hasil tes urin: kadar kreatinine yang normal untuk perempuan berkisar 35-97 micromol/L (beda ya untuk laki-laki). Pada pasien yang sudah mengalami masalah kerusakan ginjal, kadar kreatininenya bisa sampai ratusan ataupun ribuan.

Tapi apakah pasien langsung merasakan sakit pada ginjalnya? Rupanya ini akan berbeda-beda untuk setiap orang, tergantung pada ambang batas rasa sakit yang ia miliki. Terkadang, meski kreatininenya sudah sampai ratusan/ribuan, belum tentu orang itu merasakan sakit, karena ia memang mampu dan terbiasa menghadapi sakit pada tubuhnya. Ada juga yang memang baru naik tidak terlalu banyak, sudah mengeluhkan rasa sakitnya dan memeriksakan diri ke dokter.

Nah, sering kali, orang yang memeriksakan diri ke dokter ginjal dengan keluhan pada ginjal, baru menyadarinya dan melakukan konsultasi pada saat kondisi sakit di ginjal dia ternyata sudah parah, karena sudah lama dan berkepanjangan mengalami kerusakan ginjal secara pelan-pelan. Dan seringnya juga, kondisi kerusakan ginjal ini sudah ‘ditemani’ oleh penyakit lain yang bersarang pada tubuhnya. Pada saat seperti ini, kadar kreatinine pada hasil tes urin orang tersebut bisa mencapai, katakanlah 600an.

Tindakan yang kemudian bisa membantu untuk menurunkan kadar kreatinine tersebut, adalah dengan melakukan hemodialisis, atau dikenal juga dengan cuci darah. Dengan melakukan cuci darah, kadar kreatinine ini bisa turun sampai ke 300-400, yang sebenarnya juga masih di atas ideal, tapi sudah memungkinkan seseorang untuk beraktivitas dengan lebih normal.

Cuci darah ini harus rutin dilakukan dan tiap prosesnya bisa memakan waktu 3-5 jam, tergantung dari kondisi pasien. Akhirnya, kualitas hidup (QoL/Quality of Life) dari pasien bisa terganggu atau berkurang. Logikanya saja, pasien akan harus rutin mengalami cuci darah jadi bolak balik ke Rumah Sakit, ia dapat merasakan depresi karena ketergantungan dengan perawatan, merasa menyusahkan keluarga, dan lain-lain. Cuci darah juga dapat menyebabkan pasien lelah, dan memiliki energi lebih sedikit untuk beraktivitas.

Alat peraga anatomi ginjal di klinik
Alat peraga anatomi ginjal di klinik

Jadi apakah lalu direkomendasikan untuk transplantasi ginjal?
Jawabannya kembali ke kondisi pasien secara keseluruhan, misalnya saja umur, ekspektasi panjang umurnya, aktivitas yang masih ingin/perlu dijalani pasien, selain tentunya ketersediaan donor ginjal untuk pasien dan kemampuan pembiayaan operasi dari pasien.
Dengan transplantasi pun, akan ada periode adaptasi dan pasien harus mengonsumsi obat untuk menekan penolakan dari tubuhnya terhadap organ donor. Ini juga proses yang tidak singkat, jadi perlu dipertimbangkan apakah pasien mau dan mampu melalui proses tersebut.

Tetapi secara keseluruhan dalam jangka waktu panjang, pada akhirnya memang Quality of Life dari pasien yang melakukan transplantasi akan banyak lebih baik daripada pasien yang rutin perlu melakukan cuci darah. Yang jelas, semua ini kembali pada proses konsultasi dulu dengan dokter, langkah apa yang sebaiknya diambil oleh pasien dan keluarganya saat mengalami penyakit ginjal, dan perlu menimbang kesehatan pasien secara menyeluruh, karena seringkali penyakit ginjal tidak berdiri sendiri, ada penyakit-penyakit lain yang muncul bersamaan dengannya.

Pencegahan Penyakit Ginjal

Setelah diterangkan panjang lebar oleh dokter Roger Tan, saya jadi semakin sadar kalau memang kesehatan kita, dan khususnya kesehatan ginjal, merupakan investasi jangka panjang. Dan itu semua kembali dari pola makan dan gaya hidup kita. Memang pilar hidup sehat itu intinya adalah 3 hal ini: Makan yang sehat, aktivitas (exercise) yang cukup, dan istirahat yang cukup.

Untuk berjaga-jaga dan mengetahui kondisi sebenarnya tubuh kita, memang WAJIB melakukan check up, supaya kita bisa memonitor dengan lebih detail. Misalnya saja tekanan darah, kadar gula dalam darah, dan test darah lebih detail untuk mengetahui hal-hal seperti faktor kesehatan ginjal kita. Kalau kita menunggu sampai tubuh kita baru merasakan sakit, misalnya ginjal, malah mungkin akan lebih berat, karena penyakit pada ginjal adalah penyakit yang terjadi dalam waktu lama, jadi saat sudah sakit, kondisinya pasti lebih berat.
Coba baca juga artikel tentang Gejala Awal dari Gagal Ginjal di sini dan tentang tekanan darah tinggi bisa merusak ginjal di sini. Narasumber dari kedua artikel itu adalah Dokter Roger Tan juga lho :D

Makanya lakukanlah pemeriksaan kesehatan ya, apalagi untuk mereka yang sudah berumur 30 tahun ke atas, dan pola hidupnya (makan, aktivitas dan istirahat) suka acak, kurang teratur.
Jadi sudahkah kamu memeriksakan diri kamu? Jaga juga pola hidup kamu ya, karena mencegah lebih baik daripada mengobati, setuju? :)

Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian tulisan #HappyBloggers Trip bersama Reader’s Digest Indonesia ke Singapura:

1 – Ke Singapura bersama #HappyBloggers!
2 – #HappyBloggers ke Paragon Medical Centre
3 – #HappyBloggers ke S.E.A. Aquarium
4 – Berkunjung ke Gleneagles Hospital di Singapura
5 – Sayangi Ginjal Kamu

13 thoughts on “Sayangi Ginjal Kamu

    1. Hai Fahmi, thank you sudah komentar di sini :) Iya menjaga kesehatan ginjal sebenarnya itu investasi jangka panjang banget, kita bisa mulai dengan membiasakan minum air putih yang banyak. Kalau soal cek up, buat yang kerja kantoran perlu nanya juga ke kantornya, fasilitas kesehatan (rawat jalan & cek up) ditanggung kantor seperti apa skemanya. Memanfaatkan fasilitas kantor dengan optimal itu juga penting buatku sih :)

      1. Iyes air putih yang banyak sih pasti~ yang susah itu ngurangi kebiasaan ngopi :( maklum engineer, tanpa kopi rasanya nggak bisa mikir. Terus kalau cekup udah pernah dua kali dari kantor, tapi ya cek up umum keknya. Terus selalu parno sama jarum kalau cek up -,-” itu dah yang bikin rada males kalau ada giliran cekup :D

Feel free to leave your comment!