Belakangan ini karena keperluan pekerjaan, saya kerap berjumpa dengan sejumlah pekerja muda yang masih baru, atau istilah asingnya first-jobber. Secara lepas, saya mengartikan istilah sebagai mereka-mereka yang belum lama di dunia kerja, masih kinyis-kinyis, baru terjun sebagai karyawan, apapun bidangnya.
Beberapa orang pekerja muda yang saya temui ini umumnya lulusan perguruan tinggi, tapi ada juga yang lulusan sekolah menengah atas saja. Kebetulan obrolan saya dengan orang-orang ini sudah cukup serius karena terkait pekerjaan; dan dari obrolan dengan mereka, saya semakin teryakinkan, kemampuan menulis itu penting di dunia kerja, dan gak cukup dari apa yang dipelajari di sekolah saja.
Penjelasan saya kenapa menulis itu penting dalam dunia kerja, ini kebanyakan dilandasi pengalaman saya sendiri, jadi gak pakai teori-teori, dan tentu subyektif suka-suka menurut saya. Kalau ada yang mau membahas, mari silakan, saya sambut dengan senang hati!
Pertama, sekarang ini untuk masuk dunia kerja di kota-kota besar, kamu akan memulainya dengan menulis surat atau surat elektronik (e-mail) lamaran kerja. Dari tulisan singkat inilah banyak penilaian pertama terjadi: Apakah kamu punya etika yang baik, kamu dapat menuturkan perkenalan dan promosi diri dengan ringkas dan menarik, apakah kamu terdengar (terbaca sih) pandai, apakah kamu memang punya niat dalam menulis surat, dan masih banyak lagi. Ya sih, ini baru ‘kesan pertama’, tapi penting kan?
Sering banget saya membaca/mendengar keluhan, kenapa sih anak-anak jaman sekarang ini menulis e-mail lamaran dengan semena-mena, cuek bebek dan malah meninggalkan kesan tidak begitu positif. Gak hanya dalam melamar kerja sih. Begitu sering berinteraksi dengan angkatan lebih muda dalam e-mail, saya juga kerap mengalami momen-momen “kok gini sih”. Jadi ya, tulisanmu, e-mailmu, semua meninggalkan kesan lho. Apalagi e-mail melamar kerja, kesan pertama kamu dipertaruhkan!
Kedua, dalam bekerja, entah apa pun bidangnya, akan ada kebutuhan untuk komunikasi yang formal dan tertulis. Dimulai dari e-mail yang sederhana dan sifatnya sehari-hari, ringkasan penjelasan setelah diskusi, proposal kegiatan, esai penjelasan suatu ide, dokumen presentasi, laporan pekerjaan dan lain sebagainya. Sebagai tulisan, semua hal di atas butuh ‘kejelasan struktur’ dan bisa dibaca dengan baik dan enak.
Nah, baik dan enak itu gimana? Ini kan sangat relatif dan subyektif ya. Iya, benar. Pedomannya tentu kembali ke lingkungan kerja kamu, seperti apa kebiasaan dan budaya/kultur dunia itu. Tapi yang menurut saya sukar dipungkiri, mereka yang biasa menulis dan rajin membaca, akan lebih ‘matang’ dan ‘enak’ gayanya, karena dari jam terbang yang tinggi, seseorang bisa mengembangkan selera dan ‘feeling‘ terhadap tulisan yang enak dibaca. Secara spesifik, struktur dan pilihan kata dari orang yang sering menulis biasa sudah lebih matang, daripada mereka yang jarang menulis.
Saya sudah beberapa kali dibuat takjub dan membuat saya geleng-geleng kepala bin miris.. Misalnya saja belum lama ini, saya bertemu anak muda yang ide dan pemikirannya bagus, tapi saat dia mencoba memaparkan dan menjelaskan dalam tulisan, kok malah jadi tak tersampaikan karena urutan/strukturnya agak ‘ajaib’.. Sudah bagus sih dia mulai mencoba menulis dan minta ada pendapat dari orang lain. Memang seharusnya demikian, dituliskan lalu coba minta dibaca oleh pihak lain.

Ketiga, kalau kamu bisa menulis dengan baik, itu juga membuka peluang-peluang kerja lainnya apalagi di dunia yang sudah serba terkoneksi internet ini. Jaman sekarang, para kreator konten di internet memiliki peluang untuk menjadi ‘seseorang’ yang membawa pengaruh, dan ada saja yang membutuhkan. Salah satunya ya kebutuhan para penulis awam tapi terpercaya seperti blogger-blogger :p Makanya para pekerja muda yang saya jumpai baru-baru ini, kerap saya anjurkan untuk membuat blog sendiri, biar latihan menulis.
Semua di atas ini terkait kemampuan menulis, yang bisa banget dilakukan dengan ketikan pada komputer. Jangan lupa juga ya kembali ke kemampuan dasar, yaitu menulis dengan tangan. Tulisan tangan yang baik, itu juga sebenarnya nilai lebih banget buat saya. Jangan sampai akibat era digital dan komputerisasi di mana-mana, kita jadi gak biasa menulis rapi, dong. Makanya saya juga masih punya buku catatan kecil untuk tulisan-tulisan penting saya. Kalau pernah dengar bullet journal, ini adalah salah satu hal yang membuat saya suka lagi dengan catatan manual, dengan tulisan tangan.
Nanti ya akan saya bahas lebih khusus tentang bullet journal, bersama dengan cerita-cerita lainnya saat saya bertemu dengan pekerja dan usahawan muda baru-baru ini.
Good night!
Aku sendiri tipikal yang kalau gak nulis, kepala rasanya mau meledak. Terlalu banyak hal yang ingin diungkapkan jadi rasanya wajib banget menulis itu. Apalagi dengan menulis, jadi bisa belajar banyak mulai dari tata bahasa, membuat kalimat, dan storytelling.
jago nulis juga bisa membawa berkah bagi sebagian orang, seperti jasa menulis artikel berita… hehehe