Oktober 2015 yang lalu akhirnya saya mengalami pertama kali harus opname di rumah sakit, gara-gara kecelakaan “bodoh” yang menyebabkan tulang saya patah. Sebenarnya pengalaman ini memang sudah agak lama berlalu, bukan cerita yang “fresh from the oven“, tapi ada baiknya saya ceritakan, karena pasti ada “moral of the story“nya.
Kembali ke sebab musabab opname, kok bisa patah tulang?
Ceritanya pada hari Senin di awal Oktober itu saya sedang mengantar (almarhum) papa berobat di sebuah rumah sakit di Jakarta Barat. Kondisi papa sudah tidak prima lagi, sehingga sudah memakai kursi roda. Hari itu papa diharuskan menjalani cek darah dan sebagainya di lab, jadi kehadiran saya memang dalam rangka membantu mengurus administrasi beliau. Setelah dari rumah sakit, sebenarnya saya sudah merencanakan akan langsung masuk kerja.
Setelah mendaftarkan papa di lab, saya perlu melunasi pembayaran untuk biaya test, karena tanpa pembayaran, test tidak akan dijalankan. Menyadari bahwa saya meninggalkan dompet di mobil, saya permisi pada papa (dititip ke perawat dekat lab) untuk mengambil dompet di mobil dan membayar di kasir. Mobil kami memang ditunggui supir yang sudah biasa menyupiri dan mengawal papa dari Bogor untuk rutin berobat ke Jakarta, bolak balik.
Saat sedang jalan ke parkiran, dengan maksud mengambil jalan tersingkat, saya melintasi bagian bidang miring menuju drop off kendaraan ambulans, dan kondisi bidang itu sebenarnya dari bahan semen yang sudah pecah-pecah. Saya bermaksud menyeberangi jalan itu di kemiringan tersebut (yang sebenarnya tidak curam sama sekali, seperti turunan untuk kursi roda lah). Entah karena tak seimbang atau pijakan yang salah, saya tak sengaja tergelincir! (ya iyalah siapa juga yang sengaja mau tergelincir)
Sialnya lagi, saat tergelincir, saya tidak langsung jatuh di tempat.
Mungkin justru karena berjalan menyeberang di bidang miring, kaki saya masih sempat berusaha menapak mencari keseimbangan, tapi tak kunjung seimbang.. alhasil jadi “jatuh segan, berdiri tak mampu” miring dan berjalan setengah berlari ke arah kiri tubuh saya, menuruni bidang miring itu dan semakin kencant..
(Kalau pernah lihat, istilahnya ini kayak kondisi peragawati/model yang jatuh di catwalk saat kehilangan keseimbangan mereka di atas high heels gitu)
… Saya gak kuasa menghentikan diri sendiri dan sempat berkelebat terpikir “Oh, no, ini bakal nabrak”.. dan akhirnya baru berhenti.. ketika saya terhempas nubruk dengan kencang banget ke badan sebuah mobil yang sedang diparkir. :(
Alarm mobil itu sampai bunyi.
Bahu kiri saya menabrak bagian pijakan kaki..
sementara pipi kiri saya menampar pintu mobil tersebut.
Suami saya akhirnya tiba, dan menemani saya menunggu dokter. Air mata saya sudah jebol berkali-kali, karena masih shock, trauma dan rasa sakit. Oh ya kondisi lengan kiri saya sudah bengkak banget selama menunggu itu. Rasanya seperti lengan atas ini berubah seukuran paha saya sih *lebay*.
Saat (akhirnya) dicek dokter, dan di-rontgent (kenapa ngga disuruh rontgent dari tadi sihh).. akhirnya ketahuan, ini bukan dislocated, tapi ada fraktur di bulatan tulang lengan saya, atau istilahnya humerus fracture. Tidak sampai patah terbuka, hanya patah di dalam, dan bukan patah yang ‘pecah’ tapi lebih pas disebut cracking kali ya.
Dokter bilang ini (masih) patah tulang, dan ada di tiga titik dong.
SEDIH.
Dan SAKIT… :(
Dokter menjelaskan kalau ada dua pilihan, bisa digips dan dibiarkan sampai ‘sembuh sendiri’, atau yang lebih cepat, dioperasi dan dipasang ‘locking plate‘ untuk mempercepat proses penyembuhan tulang. Rekomendasinya tentu saja lebih cenderung di pilihan kedua, apalagi menimbang saya ini karyawan kantoran yang perlu kembali bekerja, jadi lebih cepat pulih, tentunya lebih baik.
Setelah menimbang-nimbang dan (kalau gak salah) dicek dengan pihak kantor yang memiliki asuransi kesehatan untuk saya, saya dan suami memutuskan setuju untuk pilihan operasi. Jadi hari itu juga saya didaftarkan untuk menginap di rumah sakit, jadilah saya harus opname, pertama kalinya dalam hidup saya, dan akan, menjalani operasi pertama dalam hidup saya. Hiks!
Sebagai bonus dan gambaran, kehilangan keseimbangan dan (nyaris) jatuh kayak di video gini lho maksudnya:
*bersambung ke Bagian Kedua: Opname di Rumah Sakit*
Jangan mau patah tulang ya.. patah tulang itu gak enak.. :(
Saya pernah kecelakaan. Tangan harus digips. Selama 6 bulan itu, terasa betul kalau kesehatan itu mahal harganya. Semoga lekas sembuh.
Terima kasih Ridha. Setuju banget, sehat itu mahal ya :( Nanti di bagian lanjutan saya juga mau sharing segala renungan-renungan yang saya alami sejak patah tulang itu..
Terima kasih sudah mampir dan berkomentar yah :)
wah saya mah sudah trauma bukan krn pernah patah tulang tp suamiku. Nungguin operasi itu bikin ketar-ketir dan penyembuhannya perlu kesabaran
Buat pasien dan keluarga memang harus sabar-sabar ya mbak.. Thank you sudah comment di sini :)
ya ampun… serem amat ya sampe mesti operasi segala. sekarang udah pulih kan ya? moga2 ya…
Masih dalam pemulihan kak.. Nanti cerita lebih detail di bagian lanjutannya nih *modus pengen curhat*
ya ampun kak, semoga cepet pulih yaaa :(
sehat2 ya nat, semoga cepat kembali pulih :*
Baru baca dan ternyata ini cerita komplitnya 😥 *puk puk*
Baru aku bales juga ini (padahal sempet lihat komennya di app). Makasih puk-puknya mas Oo :)
[…] opname di rumah sakit (untuk pertama kalinya) bulan Oktober 2015 lalu *bagian pertama bisa dibaca di sini*. Memang sengaja dibuat dalam dua bagian, karena kalau disatukan sepertinya akan jadi panjang […]
Saya juga, tapi lebih parah :( paha kiri, betis kanan dan pergelangan tangan patah karena digilas motor :'( doakan bisa jalan kembali ya kak :’)
Waduh sedih banget dengernya :( Get well soon ya, semoga pemulihannya lancar!
bacanya saja udah merinding mba…
yang namanya opname emang gak enak banget yah…
salam kenal
Iya memang sakit, apalagi opname, gak enak lah. Namanya juga sakit :)
Salam kenal juga yah.
Semoga mba Natalia dn keluarga dbri kesehatan selalu…
Aamiin
Kalo di GIPS proses berapa lama kak ???? kok gw ngilu denger lock plate, om ku dipasangin 4 biji di pergelngan kaki nya
[…] tahun lalu saya menikah, dan gak lama setelah menikah, saya malah apes jatuh sampai mengalami patah tulang (di bulan Oktober). Sebelum menikah itu, saya bela-belain segala macam perawatan, biar muka mulus […]
[…] bulan Oktober 2015, ketika saya turut mengantar ayah ke sebuah rumah sakit untuk berobat, malah saya yang harus opname: saya jatuh tergelincir, menabrak mobil yang diparkir dan patah […]
waduhhh mbak..ngeri bangat…Saya ada pengalaman jaga suami yang patah tulang, suami exciden patah tulang pinggul.Pergerakan memang terbatas, berkerusi roda, sampaikan mandi dan buang hajat pun saya yang urus hampir 6 bulan terlantar,
Alhamdullilah akhirnya kini suami sudahsembuh dari patah tulang sepenuhnya