Menjadi Ambisius, Wajarkah?

Jaman masih pacaran dulu, saya sering dituduh ambisius oleh sang pacar (yang sekarang sudah jadi mantan pacar, hehe). Ini baru dalam hal-hal yang sederhana sih, biasanya berkaitan dengan kegiatan kami bersama di waktu weekend.

Soalnya begini, saya bisa menyusun agenda (dalam hati) untuk melakukan tiga hal (atau lebih), misalnya saja: Ke acara A, lalu ke tempat B karena mau ketemu teman di jam tertentu, dan ditutup dengan kegiatan C, di tempat lain lagi. Ketika agenda tak tertulis ini saya sampaikan ke sang pacar, dia ogah banget menuruti mau saya, sambil bilang, “Ambisius banget sih kamu!”, tentunya dalam gaya ngambek bercanda gitu yah.

Ada benarnya juga. Kadang (baca: seringkali) timing dari acara-acara yang saya inginkan itu mepet-mepet. Jadi ya harus niatkan bangun pagi, atau gerak cepat dari lokasi satu menuju lokasi lain, sambil berharap jalanan antar lokasi akan lancar jaya pada waktu saya melintas. Buat soal bangun pagi, bagi pacar saya yang menganut kepercayaan “weekend adalah tidur seharian” jelas sudah susah diganggu. Hanya kadang-kadang saja saya berhasil membujuk dia untuk mau bangun pagi dan pergi bareng dengan saya.

Lalu soal transportasi. Ketika saya masih single, saya ke sana kemari menggunakan pelbagai moda transportasi, seperti taxi, bus TransJakarta, ojek, ataupun metromini/kopaja, kalau memang butuh banget. Fleksibel, dinamis dan mandiri dong, kan cewek tangguh!

Nah sejak berpacaran, dan berhubung pacar saya punya kendaraan mobil, secara otomatis dia jadi ‘bertanggung jawab’ mengantar jemput dan mengawal saya ke acara-acara yang ingin saya ikuti. Saya sih enak, tinggal duduk manis saja di sebelah sopir alias sang pacar. Dia deh yang kebagian capek nyetir dan menghadapi keramaian lalu lintas Jakarta. Kasihan ya dia, hihi..

Suatu pagi yang ambisius
Ini ketika kami ke Central Park di suatu pagi hari yang cerah tahun 2014 dulu (ambisius kan xD)

Seiring berjalannya waktu, terjadilah, saya semakin mengurang-ngurangi rencana ambisius saya. Pilihannya adalah, jalan sendirian dulu lalu disusul pacar (itu juga dia suka males sih), atau ya kurangi agenda, ikuti pace-nya pacar. Menurut saya sih, hubungan pacaran itu kan melibatkan dua orang, jadi gak adil juga kalau maunya saya melulu yang diikuti. Perlu juga dengarkan mau sang pacar, ya kan?

Ini baru dalam hal berpacaran dan weekend-an. Masih banyak soal-soal ambisi lainnya dalam hidup (saya), yang  kecil-kecil maupun yang lumayan berskala besar.

Kembali ke pertanyaan, apakah wajar kalau menjadi ambisius?
Saya mengambil waktu sejenak untuk melirik kamus Bahasa Indonesia, apa sih arti kata ambisius? Ternyata, secara singkat, ambisius ini mengandung makna sebagai berikut:
berkeinginan keras mencapai sesuatu (harapan, cita-cita).
Kalau dalam bahasa Inggris, definisinya adalah:
having or showing a strong desire and determination to succeed.

Wah.. kalau mengikut arti kata yang sebenarnya, pertanyaan saya malah berubah menjadi..

Apakah saya benar ambisius?

Hmm.. Melihat balik ke pengalaman saya di atas, dan sejumlah perenungan lainnya, mungkin ambisius belum tempat menggambarkan saya. Yang ada, saya ini banyak maunya, tapi usaha dan determinasinya kurang. Angan-angan saya banyak, mau jadi kaya, mau jadi sukses, mau belanja sesuka hati, dan seterusnya; tapi apakah sudah disertai perencanaan dan langkah-langkah menuju ‘sukses’ itu… hmm sepertinya belum. Kalau memang ambisius, gak cuma berhenti di keinginan, tapi harus ada usaha. Dan usaha itu akan melelahkan, menguras tenaga, dan pikiran, dan sebagainya.

No pain, no gain.

Jadi.. semacam mendapatkan pencerahan singkat, saya perlu menata lagi semua keinginan saya, dan memilih mana yang menjadi ambisi saya. Kalau memang sudah bulat bertekad, berniat dan berusaha dengan keras dengan penuh determinasi, rasanya baru itulah titik di mana saya bisa disebut ambisius.

Kamu bagaimana? Apakah kamu ambisius? :)

19 thoughts on “Menjadi Ambisius, Wajarkah?

  1. aku anaknya ambisius banget, kalo pengen sesuatu harus aja gtu :)))) tapi makin ke sini, makin bisa membedakan prioritas mana yang biasa aja.. terus jadi bisa mikir kalo ndak semuamua itu ‘harus’ :))))) umur emang gak bisa bohong yaaa

    tapi kalo untuk kompromi, karena aku single lama banget jadi belum terlalu masalah *yaiyalaaah :))) kemana2 masih bisa sendiri kalau memang pada gak mau/gak bisa tapiiiii balik lagi makin ke sini karena umur mungkin yaaa, kadang kalo ada rencana terus gak didukung teman, yaaa gak aku lakukan

    1. Iyaa kalau udah makin ‘matang’ ya jadi harus membuat prioritas, dan kompromi (kalau sama pasangan). Sebenarnya ambisius gak salah sih, tapi mungkin di saat dan kondisi tepat ya?

  2. hmmm aku ambisius gak ya? :D
    kadang sihh, di beberapa bidang tertentu aja. Tapi kalo di kerjaan lebih memilih jadi biasa-biasa aja, kerja sewajarnya aja daripada stress. Dan paling sebel liat org yg ambisius banget di kerjaan sampe sikut kanan kiri

    1. Kalau contoh-contohku iya memang belum sampai ambisius, belum dengan determinasi :)))
      Eh tapi kalau sampai menghalalkan segala cara, itu disebut ambisius atau… ada istilah lainnya ya?

  3. Itu bukan ambisius Nat, itu namanya being single v. being married. Seriously, nothing’s wrong with gaul2 banyak2 pada saat kita single, soalnya kita gak usah akomodir keinginan siapa-siapa selain diri kita, maksimal ya pacar dan ortu. Giliran sudah nikah, kalian sudah harus saling mempertimbangkan keinginan satu sama lain, lebih harus bisa menahan diri bahkan mecoba cari common ground dimana kamu dan pasangan sama-sama bisa tetep ngerasa asik despite gak bisa 100 persen sesuai keinginan sendiri.

  4. membaca tulisan kamu ini kayak ngaca de. hahah terkadang kita emang ngerasa diri kita seorang yang ambi, tapi padahal pada kenyataannya kita gak seambi itu.
    aku dulu tipikal anak yang sangat ambisius. apalagi soal prestasi di pendidikan..
    berawal dari prestasi pendidikan, kemudian jadi merembet ke hal yang lain. semacam udah punya planning dan segala macam pengecualian kalo plan a dan b gak berjalan sesuai keinginan *ini bagian dr ambi bukan?*
    tapi kemudian, karena ngerasa capek sendiri jadi…. hahah begitulah.
    ayo tebak aku siapa? :D

Leave a reply to Chic Cancel reply