Disentil Lagi

Masih bersambung dari tulisan Sentilan Kehidupan kemarin. Kali ini ceritanya dimulai dari pagi hari banget di sebuah weekend. Iya nih pagi harinya banget, karena jam 6 pagi saya sudah dijemput, lalu menjemput, lalu menuju Pemakaman Tanah Kusir, dalam rangka memindahkan makam kakek nenek saya dari pihak ayah.

Detail soal pemindahan makam tidak akan dibahas di sini, jadi mari kita fast forward.. sampai ke bagian di mana Pastor sedang memberikan khotbahnya dalam upacara pemakaman (ulang) kakek nenek saya. Saya sempat berprasangka kalau khotbahnya bakal mellow dan khidmat gitu, sebagaimana biasanya digambarkan dalam suasana pemakaman. Ternyata di luar dugaan, Pastor yang satu ini rupanya memang doyan berkelakar, ia membuka khotbahnya dengan cerita guyon:

Ada pemuda Manado jomblo yang sudah berumur cukup matang, dia sebenarnya malas ke kondangan nikahan, karena pasti ditanya oleh tante-tantenya: Kau kapan nyusul? Kalau ditanya begini, si pemuda cuma bisa diam dan cengengesan saja.
Jadilah sekali waktu ada saudara mereka meninggal, dan ia datang ke pemakaman itu dan kemudian bertanya pada tante-tantenya: Tante kapan nyusul? – dan si pemuda ini ditamparlah oleh tantenya. Pakai nanya pula: Kenapa saya ditampar? … *bahahak

Hehe, kami yang di pemakaman itu mayan ngakak juga dengernya. Si Pastor bisa-bisanya nih, karena kami keluarga Manado, cerita khotbahnya dikait-kaitkan terus dengan Manado *hahah*

Yang kemudian menyentil saya (atau kami?), lebih ke (rangkaian) cerita berikutnya:

Alkisah di Manado sana, seorang guru bertanya pada anak-anak muridnya, “Apa yang paling dekat dengan hidup kita di dunia ini?” Murid-muridnya berebut menjawab: “Orang tua! Kakak! Adik!” dan sebagainya. Si guru lalu berkata “Benar, semua benar, tetapi yang paling dekat dengan hidup kita, adalah kematian”..

Jreng bin jleb.. itu satu. Dan masih ada 5 pertanyaan lagi dari si guru ke murid-muridnya. Saya buat lebih singkat saja ya.

Kelas

Si guru lalu bertanya apa yang paling jauh dari hidup kita? Murid-murid menjawab: Langit! Bulan! Matahari! Bintang! Guru membenarkan dan berkata, yang paling jauh adalah (meninggalkan) masa lalu.. *hmm.. susah ya supaya kita tidak mengungkit-ungkit masa lalu. Ya?

Si guru lalu bertanya apa yang paling besar di dunia? Murid-murid menjawab: Gajah! Gunung! Bumi! Angkasa! Guru membenarkan dan berkata, yang paling besar adalah hawa nafsu.. *glek.. meleng sedikit kita sesat ya karna nafsu.. dududu..

Si guru lalu bertanya apa yang paling berat dalam hidup kita? Murid-murid menjawab: Baja! Truk baja! Tank baja! Guru membenarkan dan berkata, yang paling berat adalah menjaga komitmen (kepada pasangan).. *yang ini no comment.. kayaknya saya belum punya pengalaman soal ini.. hehe..

Si guru lalu bertanya apa yang paling ringan dalam hidup kita? Murid-murid menjawab: Kapas! Udara! Angin! Guru membenarkan dan berkata, yang paling ringan adalah meninggalkan doa (dan ibadah).. *lalala…

Dan terakhir, si guru bertanya apa yang paling tajam dalam hidup kita? Murid-murid menjawab: Pedang! Pisau samurai! Jarum! Guru membenarkan dan berkata, yang paling tajam adalah lidah manusia (yang suka gosip ituh).. *erm… karena nyinyir adalah sikap.. emm.. ya gitu deh…

Sudah cukup sentilan dalam khotbah si Pastor kan? Nah bonusnya, masih ada satu lagi nih cerita penutup. Jadi ada sepasang suami istri (tentu saja Manado lagi) yang sudah bertahun-tahun menikah, dan kalau setiap minggu si suami selalu saja “nitip doa” ke istrinya yang rajin ke gereja. Titip absen lah gitu istilahnya.. Istrinya rajin dan baik hati sih, jadi gak ada keluhan.. Suatu hari mereka mengalami kecelakaan lalu lintas, dan keduanya meninggal di tempat kejadian perkara.. aduh.. Sampailah mereka di depan pintu gerbang surga.. dan penjaga gerbang mempersilakan masuk: “Silakan ibu masuk ke surga, dan untuk bapak silakan dititipkan saja jatahnya ke ibu.”… Gubraks hehehe… Moral of the story, doa dan dosa itu ga bisa nitip ya, kalau berbuat dosa silakan tanggung sendiri.. >_<”

Namanya juga khotbah ya, kayaknya memang kali ini format khotbahnya dibanyakin porsi sentilannya, dan karena bagus sih, saya ceritakan sekalian deh buat kalian.. Coba mana suaranya, nyentil juga gak buat kalian? *peace!*

Foto milik Rene Suhardono, saya ambil dari website Indonesia Mengajar

19 thoughts on “Disentil Lagi

  1. Bener Kak Billy. Waktu sholat jumat di Tebet, ada kotbah yang diselingin seperti ini? Si ustadz cuma bilang. “Pada saat anda bertanya “kapan menikah?” ke mereka yang belum memiliki pasangan, sebenarnya dalam hati mereka, mereka ingin marah. tapi anda ga sadar. jadi, jangan salahkan apabila yang bertanya “kapan anda menyusul?” pada saat di pemakaman. Toh, kita juga akan mati. walaupun belum sempat menikah”.

    #lalala #yeyeye

    itu DALEM semua

  2. Itu bener banget ya kalo senjata paling tajam adalah lidah, sekali salah ngomong yg nyakitin hati orang lain, udah ga bakal bisa ditarik balik… Thanks udah sharing ya Nath :)

Feel free to leave your comment!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s