Jadi, setelah sekian lama absen, waktunya kembali menyambung ke tulisan lama, sebelum memulai tulisan-tulisan baru lainnya. Please bear with me now, I’ll try to make it pleasant for you anyways. Ah, peringatan sebelumnya; tulisan ini memuat banyak foto! Semoga berkenan ya..
Kemarin dulu itu sudah ada ya tulisan background tentang Subic Bay, tentang persisnya ada di mana lokasinya, dan kenapa sih aku sampai berlibur ke sana. Let’s go on with the story now.
Entah karena memang budget airways atau gimana, jadwal penerbangan ke Filipina itu berangkat dini hari jam 12:30 dari Jakarta, dan tiba jam 5an waktu setempat di Filipina. Gak heran dong kalau muka kita sebelum dan sesudah penerbangan itu muka-muka ngantuk.. Not so good for documentation ya hihi..
Setiba di Filipina, ternyata waktu untuk antrian imigrasi, pengambilan serta lapor bagasinya sendiri lumayan makan waktu, alhasil jam 6an lah baru aku bisa bebas keluar bagian arrival airport dan jumpa dengan kakakku dan keluarganya, yay! Happy to meet them all! – See our pics as well in this post of my sister’s –
Dari airport kemudian, kami masih harus menempuh perjalanan darat lagi untuk sampai di Subic. Karena memang lagi cerah dan panas di Filipina sana, sepanjang jalan itu aku sempat memotret langit birunya beberapa kali, cerah banget sih! This is a rare view in Jakarta.
Hari pertama ketika kami tiba, badan tuh bawaannya sudah cape dan malas pergi keluar-keluar lagi. I was so tired that in the afternoon I crashed to bed for like 12 hours sleep, after eating just two slices of bread with chocolate spread. Tidur pulas! Padahal rencananya cuma napping pendek karena akan dinner. Bangun-bangun sudah pagi lagi deh.
Di hari kedua, kebetulan kakak iparku ada keperluan kerja di Manila, jadi kami semuannya sekalian ikut dan memutuskan untuk jalan-jalan ke Intramuros. Ini adalah bagian kota tua dari Metro Manila (katanya) yang memang menjadi obyek wisata di sana. Selain itu kami juga sempat jalan-jalan ke Makati City (sebuah kota bagian dari Metro Manila) yang banyak daerah perkantoran dan mall-mall kerennya. Berpisah dengan kakak ipar di sebuah mall di daerah Ortigas, the rest of us (my sisters, my niece and me) memilih untuk mencoba naik kereta Metro untuk menuju Intramuros. Metro ini semacam MRT di Singapore, tapi beda kesannya lah ya. Lingkungan di Filipina itu secara visual gak jauh beda dengan Jakarta, dan malah kami sempat harus transit antar jalur/stasiun dan melewati kawasan perumahan agak kumuh di sana. Cuaca di Filipin lagi panas-panasnya dan AC cuma ada kalau kami masuk Metro – di stasiunnya biasa hanya pakai kipas angin. Karena panas, cuek deh pakai baju santai dan lengan buntung di sana. Soal busana kayaknya di Manila sana lebih casual daripada Jakarta sini (apa tergantung kawasannya juga ya)
Dari stasiun kereta ke Intramuros, kami sempat mengalami naiknya Paddycab, kendaraan ojek sepeda dengan kereta penumpang. Bertenaga manusia lho ini! Dan tukang ojeknya nekad juga, menyanggupi memuat kami bertiga (plus satu anak kecil) dalam 1 ojek!! Wogh betisnya kuat nih mas-mas. Kita bertiga ditotal nih pasti beratnya mayan tuh *ehem*.. Ya gak heran pas tiba di tujuan, si mas-nya minta bayaran extra.. hadeh hadeh.
Di Intramuros, biar kawasannya bisa kita lihat agak menyeluruh, akhirnya kita memutuskan naik kereta kuda seperti delman tinggi. Pakai debat nawar harga dulu dong. Tapi sepertinya sudah jadi patokan di sana, 350peso untuk minimal 3 orang dewasa dalam satu kereta. Tukang kudanya memang sudah punya jalur sendiri buat ditunjukkan, dan dua tiga kali kami berhenti di spot tertentu yang menurut mereka di sana memang wajib kunjung, seperti sisi benteng dari sini dan sana gitu.
Kami sempat berhenti agak lama di sebuah bekas benteng untuk foto-foto. Benteng ini tengahnya sekarang berisi lapangan golf, dan kelihatannya menjadi tujuan favorit untuk nongkrong. Lihat saja, di atas benteng ada murid-murid lokal yang asik duduk-duduk (bahkan berdiri) sambil sekadar menikmati pemandangan dan suasana.
Selesai trip keliling tersebut, si tukang kuda tentu tidak lupa untuk minta tip lagi, karena merasa berjasa sebagai tour guide kami. Trip ini memakan waktu setengah jam sendiri, kurang lebih. Habis muter-muter ini kami naik paddycab lagi untuk ke stasiun kereta, karena janjian ketemu kakak iparku di Makati city, di sisi lain dari Metro Manila. Belajar dari pengalaman, kali ini kami memutuskan untuk menggunakan 2 buah paddycab, biar tukangnya gak semaput karena muatannya overweight hihihi..
That’s my sister’s hand, showing peace sign, hahaha :D
Cerita tentang trip keliling Intramuros ini juga bisa dibaca dari sudut pandang kakakku di sini.
Si kecil sempat ngantuk dan ketiduran selama perjalanan, dan selalu mau digendong dong. Adikku sempet menggantikan menggendong si kecil, tapi pas bangun dan gak mengenali penggendongnya, sempat nangis rewel-lah dia.. hehe.. That’s the art of travelling with a little kid.
Makati City is so different with Intramuros. Iya lah ya. Intramuros kan kota tua, nah kalau Makati City ini ibarat daerah SCBD Jakarta. Banyak perkantoran di area ini, banyak juga mall-mall yang besar-besar saling sambung menyambung di sini. Ada yang namanya GreenBelt, rangkaian mall yang nyambung tadi, dan rupanya lumayan mengalokasikan area hijau/taman di sepanjang kawasannya.
More photos to be seen in here.
Oh ya karena di Filipina ini didominasi oleh umat Katolik, jangan heran aja, ada lho kapel (gereja kecil) di tengah-tengah kawasan mall ini.
Yang menarik lagi, ada jalur pejalan kaki tertentu yang nyambung antar gedung. Jadi seperti balkon dari gedung-gedung itu, atau selasar dari gedung parkirnya, dibuat bisa menembus di bagian belakang deretan gedung – bahkan disambung dengan jembatan penyeberangan. Sepertinya jalur ini memang bertujuan untuk mengakomodasi pejalan kaki yang perlu berjalan ke sana kemari antar gedung dan butuh keteduhan dan kenyamanan, dan gak mengganggu jalur kendaraan. Interesting! Sayang aku gak sempat memotret ketika melewati jalur ini.
Setelah ketemuan dengan kakak iparku, kami pergi makan malam di daerah pantai barat Manila. Di sinilah tepatnya aku sempat memotret Ferris Wheel yang dipajang di post lain tempo hari itu. Makanan yang kami pilih, berhubung lagi di tepi pantai, tentunya adalah seafood! Biar cocok dengan tempat hehe.. Kebetulan di restoran satu ini, ada set menu yang pas untuk group 4 orang, dan penyajiannya di atas satu nampan besar untuk langsung dimakan beramai-ramai. Ini seperti makan beralas daun pisang sambil lesehan a la Sunda, tapi bedanya ini dimakan tanpa lesehan.
Here comes our dinner of four!
Setelah makan malam, yang dimulai jam 9an, kami pun menuju pulang. Bear in mind, pulangnya ya tentu ke Subic lagi, yang makan waktu sekian jam lagi lewat jalan darat. Hm, rupanya memang harus disambut a la Metro Manila ya, beneran deh malam itu (walau sudah lumayan larut) kami mengalami kemacetan luar biasa Metro Manila. Macetnya extra parah karena memang menyambut weekend (Jumat malam) dan.. apa ya, memang jam macet aja, padahal sudah jam 10 malam lewat. Tiba di Subic Bay jam 12.30 malam! Aku sempat ketiduran di mobil *maaf ya buat kakak-kakakku yang lelah menyupiri mobil* dan sampai di Subic juga langsung tidur lagi. That was quite a day!
Hari ketiga berlalu dengan leha-leha dan santai-santai di rumah. Oh, sempat pergi mengantar (ngedrop) kakakku yang ada weekend class, di daerah ‘kota’ Subic. Habis dari situ ya aku dan adikku lebih ke istirahat dan santai saja lagi. Di luar panas dan cerah banget, membuat enggan juga untuk keluar dari naungan keteduhan rumah kakakku. Sore harinya barulah sempat jalan-jalan sedikit biar si Penny (my sis’ dog, a golden retriever) bisa agak berolahraga. Si kecil ngotot ikut memakai mahkota princessnya yang berwarna oranye itu hihihi..
Hari keempat, hari Minggu. Langit sangat cerah dan cuaca masih panas terus, membuat kami juga menghabiskan waktu di rumah (mostly), tapi sempat diseling makan siang keluar di tepi pantai, di Subic area. Kami datang ke sebuah restoran Korea, yang menurut kakakku enak. Aku sih sebenarnya gak begitu ngerti makan makanan Korea, jadi ya hayo aja. Kalau cuaca sedang enak, sebenarnya kami bisa makan di tepi pantainya langsung. Tapi karena lumayan berangin (dan bisa menyebabkan makanan yang dimakan penuh pasir), sesuai rekomendasi waiternya kami makan di dalam ruangan saja, tapi persis di sebelah pintu yang menghadap keluar.
Pasir di pantai sini putih, tapi gak begitu mengundang buat dinikmati (karena panas) sementara air lautnya tidak kelihatan bersih-bersih amat. Good view sih, but not so inviting heheh.. I guess that’s the big highlight of the day, sisa hari kami tetap lebih banyak di rumah kakakku saja.
Ada yang hampir kelupaan, ternyata pemilik restoran Korea itu, juga pemilik sebuah diving club yang ‘markas’nya bersebelahan dengan restoran. Duh, ini dudul banget, ternyata baru pada trip keduaku ke Subic inilah aku baru ngeh, kalau Subic itu ternyata terkenal juga karena karena diving sitenya!! Ada sedikitnya tiga wreck diving site di sini, dan tentunya ada juga spot-spot lain yang bisa di-explore di sana. Duh. Sesak juga pas ngeh tentang ini, sementara kondisiku masih belum boleh diving (karena ada kelainan di hidung dan harus dioperasi minor kalau mau diving lagi). Moga-moga deh, next trip sudah bisa diving lagi di sini.
Now here’s come Monday story! Seperti sudah direncanakan, kami semua bangun (lumayan) pagi, terus mengantar si Kecil pergi sekolah (masih TK/playgroup nih hihi). Sambil menunggu si Kecil sekolah, mama dan tantenya asik sempat sarapan roti, lalu jalan pakai ojek motor (apa lagi itu namanya) ke pasar. Memang perlu belanja pasar nih ceritanya. Ini buatku kedua kalinya mampir ke pasar tradisional selagi di Filipin, tapi pertama kali buat adekku.
Selain beli sayur ini itu, kita sempat dong beli jajanan lokal buat dicemilin sore hari gitu. Sekolah si kecil sudah beres sebelum jam makan siang, jadi kami pergi makan siang bareng kakak iparku, dan memang gak jauh juga jarak sekolah si kecil dengan kantor bapaknya.
Sepulang makan, kami asik-asik di rumah saja, termasuk kerja masing-masing di meja makan, dan masak makan malam barengan. Liburan yang “homey” lah ini.
Kalau di hari Senin, si kecil diantar ke sekolah pakai mobil bapaknya, nah hari Selasa kami ramai-ramai pakai ‘angkot’ lokal, yang disebut bus juga di sana. Mobilnya dipakai sejak pagi banget, soalnya. Buat kita sih seru-seru aja, jadi mengalami suasana ‘lokal banget’ kan hehe.
Kali ini para tante makan sarapan di Jolly Bee, chain resto yang kayaknya udah gak hidup di Indonesia ya, tapi di Filipin masih ‘megang’ banget tuh. Oh pilihan menu dan taste makanannya sudah termodifikasi di sana, sesuai selera lokal. Jadi agak ajaib juga nih pilihan dan rasa makanannya. Kalau buat sesekali gapapa sih, lucu dan interesting, tapi kalau terus-terusan sih… Haha, antara bisa bosan atau memang harus adaptasi dengan situasi lokal deh.Usai si kecil pulang sekolah kita balik pakai angkot bus lagi tentunya, dan sore itu sempat keluar jalan-jalan bersama lagi. Kali ini rute jalannya lumayan dibanding hari sebelumnya. Tapi namanya ya ada anak kecil dengan langkah-langkah kecilnya, gak jauh-jauh amat juga sih.
Gak berasa, ini malam terakhir di Subic!!
Karena malam terakhir gak menyempatkan diri packing, jadilah hari Rabu, hari terakhir di Filipin itu paginya diisi kesibukan packing, dan beberes sana sini. Sementara kakakku mengantar si kecil sekolah, aku dan adikku ngepak deh, dan bebersih rumah lho (tahu diri sebagai tamu haha). Siang hari kami sudah berangkat lagi ke arah Metro Manila, meski flight schedulenya masih malam hari. Penting nih untuk berangkat awal, soalnya kita gak mau sampai terjebak macet dan ketinggalan pesawat. Kita sampai mencari rute yang aman dari traffic dan daerah pinggir pantai.
Syukurlah kita sampai on time, sempat pula berhenti buat beli oleh-oleh kecil buat dibawa pulang ke Jakarta. Masih ada cukup waktu di bandara untuk kami makan bareng dulu sebelum akhirnya berpisah di airport.
That was quite a holiday! Ah we did also spend some time to have quality talk and discussion about family matter while we were there, yang mana memang perlu banget dan jadi tujuan liburan ini. Akhirnya aku dan adikku berpisah dengan kakakku sekeluarga di bandara, and we’re ready to go home to Indonesia. Moga-moga di lain waktu ada promo tiket murah lagi dan bisa liburan lagi ke Subic, dan semoga by that time aku sudah menjalani operasi sehingga bisa diving lagi.
Aku sendiri usai Subic Trip ini sudah ada agenda berikutnya, bahkan it’s a back to back trip, to Hong Kong!! Ihiy!! Nantikan post berikutnya yah!! (yang moga-moga segera tayang, sebelum jadi basi *uhuk*) :D :D
Kalau mau tanya-tanya tentang Subic, monggo lho, semoga aku bisa jawab-jawab dikit *senyum manis*
Huuuu.. bahkan di negeri tetangga saja (yang buka sigapore) jalur pejalan kakinya bagus.. :( *iri*
Gak semuanya bagus sih, tapi iya beberapa bagian yang sempat dijalani, terawat dan mengakomodasi gitu Pit.. :)
HUAHAHAHAHAHAHHAA….. lucu buanget bacanya. Akhirnya postnya jadi juga.
Btw, itu yg kayak becak di Intramuros itu… bilangnya pedicab. Kalo tenaga motor, bilangnya tricycle.
“delman’nya disebut calesa.
yah… jadi pengen kalian datang sini lagi deh, and hopefully yes, you can dive then. at the very least, perhaps the rest of us, non-diving people, can hitch a ride on the boat to enjoy the view or something. haha….
Haha iya ini aku mau edit dulu nama-nama kendaraannya *emang udah lupa pas nulis kemarin sih..
Let’s wish for another holiday bareng di sana, hopefully soon ^^
Wah, jadi pingin ke filipina habis baca tulisan ini. :D
semoga suatu hari bisa kesana juga deh. hehe
Semoga terkabul Brama :)
Aku pun masih pengen jalan-jalan ke Indonesia kayak kamu waktu ikut ACI itu *hihi
Becaknya mirip becak di Medan. Tapi, pengen juga kesana. *kumpulin duit*
Haha iya ya? Aku malah belum pernah ke Medan soalnya >.< Kalau pengen ke Filipinanya, iya tentu aku masih mau lagii :)
Iya, Mbak. Pengemudinya di sebelah kiri. Tau deh sekarang masih ada atau enggak. Info dong mbak, biayanya berapa? Yang minim ya Hehehe. Tapi sebelumnya, keliling Indonesia dulu, kayak yang komentar di atas aku, :))