Hari Terakhir 2016

Masih ada sekitar 24 jam lagi sebelum bulan Desember ini dan tahun 2016 ini berakhir. Tapi kebetulan hari ini adalah hari terakhir saya masuk kantor di tahun 2016. Ada yang ingin saya tuliskan di sini tentang hari terakhir kantoran saya di penutup tahun 2016, untuk pengingat diri saya sendiri di masa depan.

Kalau suasana akhir tahun di kantor yang sepi, harusnya cukup mudah terbayang lah ya. Berkat hawa liburan terasa kuat, dan banyak rekan kantor yang cuti liburan pula, alhasil suasana kantor tak terasa seramai dan seserius biasanya. Saya bekerja bawaannya pun lumayan santai, dan istirahat siang tadi terasa lebih panjang karena memang hari ini ada Jumatan pula.

Ketika sore hari menjelang jam pulang, barulah ternyata ada suasana berbeda yang cukup terasa (bagi saya). Seorang rekan kerja kami, sebut saja Pak Adi, ternyata mulai besok/minggu depan, tidak lagi akan bekerja kembali di kantor ini. Bukan karena pindah kantor atau pindah pekerjaan, tapi karena beliau sudah memasuki masa pensiun.

Jujur, saya tidak begitu dekat dengan Pak Adi ini, karena fungsi kerja kami cukup berbeda, sehingga saya hampir tidak pernah bekerja sama dengannya. Saya nyaris gak tahu apa-apa tentangnya.. tapi dari selentingan kanan kiri soal hari terakhir Pak Adi, saya jadi tahu kalau Pak Adi sudah bekerja selama dua puluh lima tahun di kantor saya ini.

Dua. Puluh. Lima. Tahun.

Dan tetap di satu perusahaan, satu kantor yang sama.

Ermm..
Sementara kalau dilihat ke profil LinkedIn saya.. Dalam 10 tahun terakhir saja, saya sudah pernah bekerja di empat tempat yang berbeda. Dan saya masih beranggapan saya ini bukan ‘kutu loncat’ yang suka pindah-pindah kerja tiap tahun ya.. tapi yah gak ada apa-apanya lah kalau dibanding Pak Adi ini.

Sejak diatur ulang bulan Oktober lalu, tempat duduk Pak Adi dan saya menjadi berdekatan. Kami duduk saling membelakangi, duduk di ‘lingkaran tim’ yang berbeda. Tapi kami gak pernah saling berinteraksi yang penting-penting amat. Alasan saya yang utama, saya gak tahu mau ngomong apa. Paling-paling saya hanya pernah meminjam penggaris besi dari Pak Adi ini.

Dari durasi kerjanya, jelas memang kalau Pak Adi berasal dari generasi berbeda dengan saya. Saya kurang yakin apakah Pak Adi termasuk pengguna generasi ponsel pintar berlayar sentuh, atau kalau tak salah lihat, masih menggunakan BlackBerry.

Kalau ditanya, menurut saya Pak Adi ini sepertinya sangat humble, dan tidak mau menonjolkan diri. Tadi saja, ada seorang ibu (juga generasi karyawan lawas di kantor) yang mampir ke meja Pak Adi, untuk pamit pulang duluan dan sekalian mengucapkan perpisahan dengan Pak Adi. Ibu ini juga mengajak Pak Adi buat foto-foto bareng, kan hari terakhir gitu lho.. Tapi Pak Adi menolak halus (dengan tetap tegas).

“Tidak usah, bu. Saya mohon, tidak perlu foto-foto”, begitu saya dengar beliau merespon. Dan kata-kata ‘saya mohon’ itu tidak cuma sekali. Bukan itu saja, saya juga dengar ucapan beliau “Saya bisa begini, karena Anda semua..” [padahal apa coba kontribusi saya, ngobrol panjang dengannya pun belum pernah.. :(]

Pak Adi tidak terburu-buru pulang. Dia sedikit berlama-lama di kantor meski sudah lewat jam pulang. Urusan dokumen sudah diselesaikannya dulu ke tim HRD. Dan dia menggunakan sisa waktu yang ada untuk menulis ucapan perpisahan via email ke rekan-rekan kantor. Saya dan rekan-rekan satu tim sempat menyalami beliau, mengiring dengan ucapan semoga sehat-sehat terus. “Iya dong, sehat itu murah, sakit itu mahal”, ujarnya.

Tepat menjelang mau berjalan pulang, Pak Adi mengirim email perpisahannya. Lalu pamit sekilas, dan beranjak pulang tanpa berlama-lama.

Gak tahu kenapa, malah saya yang jadi berlarut-larut sendu, mellow, membaca emailnya. Singkat dan padat, berisi ungkapan terima kasih, permohonan maaf jika ada salah-salah, dan semoga semua orang terus memberikan yang terbaik untuk perusahaan tercinta. Berakhir sudah masa tugasnya. Purna karya.

“Tiada pesta yang tidak berakhir. Selamat Natal dan Tahun Baru 2017.”

 

Pak Adi, semoga saya tak dinilai lancang ataupun menyalahi bapak karena ucapan/tulisan ini di dalam blog pribadi saya. Sesungguhnya saya penasaran dan ingin tahu banyak hal tentang (pensiunnya) bapak. Apakah bapak menerima tiba masa pensiun ini dengan senang? Apakah ada penyesalan? Apakah ada ketakutan? Apakah bapak memang siap dan menanti-nantikan pensiun tiba? Entah kapan saya bisa bertemu lagi, mungkin mengobrol dan mendapat jawaban untuk pertanyaan ini semua. Yang jelas saya mendoakan semoga bapak senantiasa sehat dan tetap bahagia di masa pensiun bapak.

Tahun 2016 hampir usai.
Tahun 2017 dan perubahan-perubahan baru akan tiba.

Semoga saya bisa menyiapkan diri menghadapi perubahan dengan kalem dan tenang seperti Bapak Adi.

~

11 thoughts on “Hari Terakhir 2016

  1. wow 25 tahun ya…. tapi emang namanya kerjaan tuh gimana ya… kalo terlalu lama di satu tempat bisa jadi karena emang udah comfort zone jadi males pindah tapi ya di sisi lain berarti loyal ya. kalo pindah2 kerja itu kan juga buat improvement ya gak… :D

    1. Aku setuju banget, kelamaan berarti comfort zone dan jadi dipertanyakan, apakah improving atau tidak? Tapi ini kan dari sudut pandang kita sebagai ‘generasi kekinian’. Mungkin perlu ngobrol-ngobrol juga ya lintas generasi dengan orang semacam Pak Adi itu :D

  2. 25 tahun? wow
    tapi mungkin dia sudah nyaman,dan ga ada masalah sama lingkungan kerja
    aku dulu sebelum memutuskan pindah juga galau luar biasa
    bukan yang suka pindah-pindah kantor soalnya, tapi karena lingkungan kerja udah ga kondusif ya sudah mari mencari kebahagiaan di tempat lain

    1. Iya mungkin saja begitu :) Ada banyak sudut pandang soal karir, dan yang jalanin pada akhirnya diri kita (kamu) sendiri. Jadi memang keputusan Pak Adi dan pengalamannya itu, unik untuknya sendiri, gak bisa kita samaratakan ya :)

  3. Jadi mikir ya apakah aku sendiri bisa bertahan dalam 1 perusahaan untuk waktu yang segitu lama (mengingat kita adalah generasi ‘baru’), karena mamaku juga kerja jadi PNS sampai berpuluh-puluh tahun. Tanteku kerja di bank (kalau gak salah) sekitar 30 tahun dan gak pindah-pindah sampai pensiun. Hebat ya!

      1. Menurutku kayaknya lebih ke comfort zone sih. Kalau sudah berumur kan sulit mencari pekerjaan dengan umur segitu (apalagi perempuan ya, cenderung mencari kerjaan yang aman dan stabil). Di keluargaku yang suka keluar dari comfort zone kayaknya cuma aku. Papaku kerja di bank udah berpuluh-puluh tahun dan baru keluar karena pensiun. Kakakku sejak disumpah jadi dokter gak pernah pindah dari RS yang itu. xD

  4. Rekor saya kerja 7 tahun di satu tempat. Selama 25 tahun kerja, pindah kerja 5 kali, kalau dirata-rata setiap 5 tahun pindah.
    Tidak selalu karena penghasilan yang lebih baik sih, sekali karena gak tahan sama boss, dua kali karena gaji lebih baik, sekali karena kantornya ditutup, yang terakhir karena gak ada pilihan lain (tapi puji Tuhan dapat yang sangat baik).
    Setiap kali pindah selalu berkomitmen bahwa ini yang terakhir, tapi ya begitulah, siapa yang tahu jalan hidup..
    Tapi satu hal yang saya pertahankan: selalu kerja di bidang keahlian saya, dengan demikian apa track record dapat dipelihara dan berguna. Pada akhirnya kita akan dikenal dan punya reputasi baik kalau kita berdedikasi berkarya di satu bidang, walaupun kantornya beda-beda. Kalau pindah-pindah bidang keahlian, kita harus selalu mulai dan tidak pernah jadi ahli; in the long run, merugikan.
    Jadi jangan khawatir dengan ke”kutu-loncat”an kita, asal loncat ke pohon yang jenisnya sama, hal itu akan membuat kita lebih kaya pengalaman, dan selalu siap untuk petualangan berikutnya.
    Seperti kata Captain Jean-Luc Picard dari USS Enterprise sebelum setiap perjalanan luar angkasa baru: engage!
    :)

    1. Wah rata-rata 5 tahun, itu buatku sudah termasuk lama banget, :D :D (rekorku “cuma 4 tahunan” paling lama, haha). Prinsip yang bagus untuk selalu bekerja sesuai bidang keahlian, tapi aku sudah terlanjur lebih dari 2x pindah bidang/jurusan. Mungkin bisa jadi bahan tulisan juga nih ^^

      Terima kasih sudah meninggalkan komentar yah Kak Baso :D :D

Feel free to leave your comment!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s