Tulisan ini adalah bagian kedua tentang pengalaman saya opname di rumah sakit (untuk pertama kalinya) bulan Oktober 2015 lalu *bagian pertama bisa dibaca di sini*. Memang sengaja dibuat dalam dua bagian, karena kalau disatukan sepertinya akan jadi panjang banget (dan karena keterbatasan waktu menulis saya juga sih, hehe).
Bukan cuma opname rumah sakit untuk pertama kali, karena saya mengalami patah tulang, saya akhirnya menjalani operasi (bius total) untuk pemasangan ‘locking plate’, dan ini juga untuk pertama kalinya saya operasi!
Bagaimana perasaan saya menjelang operasi?
Jujur, saya nggak (banyak) merasa takut atau kuatir soal operasi, apakah berhasil atau tidak, bukan karena saya memang super positive thinking, tapi lebih karena… sudah disibukkan dengan rasa sakit di bahu kiri saya (plus lengan kiri yang bengkak dan tidak bisa digerakkan). Rasanya pengen cepat-cepat terbebas dari rasa sakit, minimal diberi tindakan dan kejelasan langkah penyembuhan selanjutnya. Secara logis dan berdasarkan pendapat medis memang menyarankan operasi, jadi saya pasrah untuk menjalaninya. Istilahnya, hayuk sajalah, daripada didiamkan dan sakit terus-menerus untuk waktu tak tentu.
Awalnya operasi dijadwalkan di hari yang sama saya mengalami kecelakaan, yaitu di sore atau malam harinya. Tapi ternyata ada ketentuan harus puasa beberapa jam (9-10 jam kalau tak salah?) sebelum operasi, dan siang itu saya sudah makan siang akibat kelaparan (meski tak terlalu selera). Akhirnya jadwal operasi digeser menjadi keesokan harinya, pagi-pagi. Jadilah, keesokan pagi saya puasa dan tidak sarapan, menunggu sampai akhirnya dibawa ke ruang operasi.
Yang terakhir saya ingat saat sudah berada di ruang operasi, adalah saya dengan setengah sadar (karena sudah disuntikkan anestesi) sempat merasa sakit banget saat dipindahkan ke atas meja operasi. Tapi sesudah itu… segalanya hitam. Kosong.
Setengah sadar saya ingat dan merasa kalau lagi didorong-dorong di bed untuk rontgent.. Masih kesakitan di bahu kiri. Lalu saya tidak sadar lagi.
Next thing I remember kayaknya saya mulai semakin sadar waktu dibawa ke kamar tidur deh. Di kamar saya kembali berpindah, kali ini sudah bisa dengan sadar berpindah sendiri, ke tempat tidur kamar. Bahu kiri saya masih sakit kalau bergerak, tapi kalau saya diam-diam saja, untungnya tidak terasa sakit. Lebih ke pedih yang menusuk sih. Di bahu kiri saya sudah ada perban yang lumayan besar, menempel di sepanjang bagian depan bahu dan lengan atas saya. Menurut dokter dan suster, kalau dibasuh atau mandi, jangan sampai basah ya… dua mingguan “saja” kok. Huhu.. baiklah.

Untungnya tidak selama dua minggu itu saya opname di rumah sakit. Malam setelah operasi dan hari ketiga (jadi masa pasca operasi), saya menghabiskan waktu istirahat saja di tempat tidur, di kamar, tanpa melihat-lihat keluar kamar sama sekali. Saya turun tempat tidur hanya kalau perlu buang air ke kamar mandi (dan turun naiknya dengan menahan jangan sampai tangan kesakitan kalau tergoyang). Pagi dan malam hari itu saya sempat demam-demam ringan. Mungkin memang wajar ya kalau pemulihan habis operasi. Kan memang tubuh saya “dilukai” untuk dibuka dan dipasang benda asing pula pada tulang.
Sejak hari ketiga saya sudah pengen pulang, tapi rupanya tidak dianjurkan untuk pulang tanpa dikontrol dokter spesialis dulu. Dokternya baru bisa datang sore jelang malam. Saya sudah dibolehkan pulang keesokan harinya, dengan saran sebaiknya diterapi (fisioterapi) dulu. Jadi besoknya, hari keempat, saya fisioterapi di rumah sakit itu. Lupa karena apa, mungkin karena fisioterapinya kesiangan (menuju sore malahan), hari keempat itu saya gak pulang, katanya besoknya saja, jadi masih bisa fisioterapi satu kali lagi sebelum pulang.

Hari kelima, saya sempat fisioterapi pagi-pagi, lalu sudah mulai mengurus dokumen untuk ‘check out‘ dari rumah sakit. Nah ini sempat agak lama menunggu kepastian pembayaran, karena saya menggunakan asuransi dari kantor, yang seharusnya otomatis membayar tanpa harus reimburse. Apa mungkin karena hari Jumat ya (dan ada break Jumatan) jadilah baru benar bisa “dilepas” rumah sakit menjelang sore hari. Akhirnya sore itu saya pulang juga, yay! Karena pertimbangan saya masih membutuhkan bantuan untuk aktivitas dan sebaiknya tidak ditinggal sendirian, akhirnya saya pulang dan sementara waktu tinggal bersama mertua saya di rumah beliau.
Begitulah cerita (singkat)nya tentang pengalaman saya pribadi opname di rumah sakit. Sebelum mengalami sendiri, memang saya pernah sudah pernah mengalami menjaga almarhum mama maupun almarhum papa saat mereka opname di rumah sakit. Setelah pernah mengalami ‘mengurus pasien’ dan ‘menjadi pasien’ di rumah sakit, ada sejumlah catatan pengalaman yang mau saya bagikan di bawah ini, yang mungkin berguna terutama buat mereka yang belum pernah opname di rumah sakit sebelumnya. Disclaimer penting: Ini semua pandangan saya sebagai awam ya, bukan tenaga kesehatan apa pun. Kalau ada yang perlu dikoreksi, tolong sampaikan pada saya di komentar bawah.
Sekilas Cara Kerja Rumah Sakit
Ketika akan opname di rumah sakit, kita akan bisa memilih tipe/jenis ruangan yang akan ditempati, apakah kelas 3, kelas 2, kelas 1 atau VIP, VVIP dan seterusnya. Jangan salah sangka, ini baru harga kamar per malam, belum termasuk biaya seperti obat, dokter (tarifnya per kunjungan deh), tindakan-tindakan tambahan, dan bahkan alat-alat seperti suntikan (hanya 1x pakai lalu dibuang), jarum infus, obat infus, bahkan lap muka atau tissue basah khusus penyeka badan. Total tagihan saat keluar RS nanti akan biasanya ada yang lengkap banget kok, dengan daftar segala alat yang dipakai selama opname.
- Akan ada dokter jaga yang berkunjung setiap hari, tapi dokter jaganya akan berganti-ganti.
- Suster-suster yang menjaga biasanya terbagi dalam 3 shift; malam-pagi, pagi-siang, dan siang-malam. Ketika mereka ‘ganti shift’ pasti akan ada parade keliling melihat semua pasien yang ada di bagian ‘jatah kerja’ mereka. Jadi jangan heran kalau setiap hari ada 2x ‘parade’ pergantian.
Untuk yang Mengurus Pasien Rumah Sakit
Ini berdasarkan pengalaman sendiri berjaga di berbagai rumah sakit (rata-rata di Kelas 1). Bisa saja tidak relevan di RS tertentu atau di situasi yang ‘tidak biasa’.
- Kalau diperbolehkan sampai menginap, pastinya sedia baju ganti yang lengkap (termasuk pakaian dalam). Nah biasanya suhu kamar akan paling dingin bangetnya itu sekitar jam subuh, apalagi kalau berangin. Sedia baju hangat, kaus kaki, atau bahkan selimut. Jangan sampai ikut jatuh sakit karena kedinginan.
- Sering-sering bersihkan tangan dengan cairan antiseptik yang tersedia di RS. Anjurannya malah sebelum dan sesudah memegang barang dan menyentuh pasien.
- Hal penting untuk dibawa: tissue basah dan tissue kering, sedotan atau botol minum (untuk pasien) yang bisa membantu memudahkan pasien minum. Termos air panas kalau tidak disediakan RS.
- Bawalah buku atau hiburan sendiri. Kalau punya banyak gadget, ide bagus juga untuk bawah cable extension atau paling tidak colokan yang bercabang, karena jumlah colokan listrik belum tentu banyak (yah namanya juga bukan hotel, hehe).
- Yang terpenting: Temani pasien dan beri perhatian. Siap untuk memberi bantuan-bantuan (kecil) seperti mengambilkan barang, minuman, menyesuaikan posisi sandaran tempat tidur, bahkan memapah untuk ke kamar mandi (kalau tidak yakin mampu, tawarkan untuk memanggil suster). Semua ini tentunya tergantung dari kondisi pasien ya. Buat saya pribadi saat jadi pasien, saya suka diperhatikan dan dibantu (dan kalau memang malas-malasan mendingan gak usah aja sana), tapi gak suka dikasihanin.. karena gimanaaa gitu…
- Sekali lagi, tergantung kondisi pasien ya, tapi gak salah juga untuk penunggu sesekali berjalan keliling, take your short breaks. Karena penunggu juga harus makan dan sesekali rehat sejenak (kalau ada pengganti penunggu sih lebih baik) supaya tidak kecapekan dan jatuh sakit juga.
Untuk yang Menjadi Pasien Rumah Sakit
Mungkin ini lebih untuk pasien yang seperti kasus saya (agak tidak berdaya, tapi masih mampu berkomunikasi dengan baik), jadi sekali lagi jangan disamaratakan :)
- It’s always okay to ask for help, meski berulang, daripada kenapa-kenapa. Tentunya ya perlu juga sedikit push for improvement. Misalnya mau mulai turun sendiri dari tempat tidur, kalau yakin. Sebisa mungkin meminta tolong dengan jelas kalau memang sudah tahu ‘cara baiknya’. Misalnya “Tolong tahan punggung dari belakang bahu kanan, dorong pelan-pelan” dsb.
- Mengucapkan terima kasih setelah dibantu. Iya memang saat kita menjadi pasien, kita sakit dan tak berdaya, tapi penunggu pasien juga punya ‘kejenuhan’ sendiri sih, jadi baik adanya kalau tetap selalu diapresiasi setelah kita meminta tolong.
- Makanlah. Lebih baik (banyak) makan daripada tidak makan (ini masih terbuka banget untuk pendapat dan sanggahan yah). Idealnya pasien memakan habis menu dari RS karena dari bagian gizinya pasti sudah mempertimbangan kebutuhan tubuh yang optimal, apakah perlu dibanyakin protein kah, karbohidrat kah, atau lainnya. Kalau gak doyan, karena seringnya terasa hambar, usahakan tetap isi perut dengan alternatif makanan/camilan, tapi yah jangan makanan yang junk food banget. Intinya tubuh perlu energi untuk menjadi lebih sehat, dan sumber energi itu ya dari makanan. Dan tentunya konsumsi juga obat-obat yang disediakan teratur oleh perawat RS.
Sepertinya ini saja dulu sharing dari saya soal opname di rumah sakit. Mungkin yang juga sudah punya pengalaman menjadi pasien opname ataupun menjaga di rumah sakit punya kiat-kiat tersendiri? Boleh banget dibagikan juga di komentar di bawah ini ya. Salam sehat!
[…] *bersambung ke Bagian Kedua: Opname di Rumah Sakit* […]
terima kasih Natalia,kisah inspiratif menambah pengalaman nyata
Terima kasih, semoga informasinya berguna :)
betul,saya juga pernah mengalami hal yg sama persis tentang situasi rawat inap di rumah sakit..semoga cepet pulih ya…
Terima kasih mas Teguh :) Semoga sehat-sehat selalu yahh
Inspiratif. semoga lekas sembuh mba. Senyaman2nya di RS tentunya lebih nyaman jika kita sehat yah.
Terima kasih, betul lebih nyaman saat kita sehat dong :)
Nggak dandan tapi tep kece Nath :)
Wah masak ya? Makasih ya Ekaa *kecup*
Pas kemarin kita ketemu itu sudah sembuh kan si lengan?
Kita ketemu yang di Omah Sendok apa yang mana yah? :p Memang udah lebih sembuh kok, blognya memang #throwback hehe
*peluk Nath*
Jaga kesehatan selalu ya Naaaath~
Chika jugaa, sehat dan bahagia selalu, semoga ngga stress-stress yaaa
Kak … aku positif thinking tapi ampe detik ini mau cabut gigi aja masih takut dan mikir macem2 hahaha
Sehat selalu kakak …
Wah terus gimana? Udah cabut gigi belum jadinya?
[…] itu kan sebelum Agustus… Sejak kejadian patah tulang dan opname rumah sakit bulan Oktober, terus terang perawatan tubuh saya banyak terbengkalai; dan gak terkecuali, perawatan […]
iseng blogwalking lalau terlempar kesini.
Naaath, kok ya ngilu bacanya.. semoga si lengan sudah sembuh dan kembali seperti sedia kala ya..
Makasih udah komen segala, Nonii ^^ Sekarang kalau sehari-hari sih sudah cukup normal, tapi rasanya Jakarta lagi lebih dingin dari biasanya ya? Akibatnya bahu yang kiri ini suka kaku gak enak gitu. Harus menyiapkan diri lagi untuk operasi lepas pelatnya, doakan lancar yah :)
Hi Kak Nathalia. Ini aku lg googling pake keyword “persiapan pasien rawat inap patah tulang”. Dan nemu tulisan kakak, duh happy bangets, jd bisa ngukur apa aja yg akan dilewatin. Soalnya besok 6 Juni 2017 aku akan operasi pasang “locking plate” di tulang kaki kiri penyangga dengkul yg retak/patah tulang, krn kecelakaan jatuh dr motor menghindari gerombolan anak2 yg tiba2 nyebrang. Makasih bangets tips2 utk barang yg harus dibawa. Jadi gampang deh nulis checklist packing masuk RS. Thanksss… @ruthsinta
Halo Ruth Sinta,
Duh maaf baru dibalas sekarang komentarnya, bagaimana hasil operasi kamu? Semoga lancar dan pemulihannya juga mulus semua yah. :)
[…] Awal bulan Oktober 2015, ketika saya turut mengantar ayah ke sebuah rumah sakit untuk berobat, malah saya yang harus opname: saya jatuh tergelincir, menabrak mobil yang diparkir dan patah tulang. […]
Halo ibu natalia apa kabar,
Saya baca blognya sangat menarik dan bener2 sesuai dengan saya rasakan saat ini..saya kecelakaan tabrakan pd tanggal 4 juli 2017 dan akhirnya operasi pasang pen di tulang lengan atas tengah (shaft humerus)
Boleh minta ijin nanya?
1. Apakah sekarang kondisinya ibu sudah lepas pen?
2.ibu tepatnya brp bulan ibu harus pasang pen?
3.saya juga patah tulang humerus bu..sebelah kanan pasang pen dengan 6 screw.kalau ibu bagaimana?
4.waktu operasi ada masalah ngga bu?
Kiranya pertanyaan saya berkenan untuk dijawab ya bu semoga Tuhan memberkati..
GBU
Louvie
Halo Louvie, wah ternyata mirip ya posisi pelat/pen kita.
– Sekarang saya belum lepas pelat juga. Inginnya sih tahun ini lepas.
– Pertama dipasang itu Oktober 2015, jadi bulan Oktober ini genap 2 tahun Dulu dokter sih bilangnya 1-2 tahun gapapa. Jadi asumsi saya kalau 2 tahun sudah ‘matang’ dan baiknya dilepas saja.
– Saya di humerus juga, pelat dengan 8 screw.
– Puji tuhan saat operasi setahu saya tidak ada masalah.
Kapan dipasang pen/pelatnya ya? Semoga pemulihannya berjalan lancar. Saya sempat ikut paket latihan di Senayan juga untuk melancarkan gerakan saya. Info lagi saja kalau tertarik yah.
GBU
Hallo saya juga punya pengalaman kurang lebih spt cerita di atas , visit di febriantisyafitri.blogspot.co.id
Salam sehat ^_^
Salam kenal..